Jumat, 26 Desember 2008

Bab 6

Roh Jahat Tidak Bisa Merasuki Sekehendaknya

Enam Alasan Alkitabiah


 


Kaum injili masa lalu memberikan argumentasi alkitabiah yang sangat kuat atas pandangan bahwa kerasukan roh jahat yang tersebar luas itu telah berakhir seiring dengan selesainya pelayanan Kristus di bumi. Sejak saat itu, para pendahulu kita mempertahankan, bahwa kerasukan roh jahat hanya dapat terjadi jika manusia dengan sukarela membuka diri untuk berhubungan dengan kegiatan roh, seperti yang dikejar di dalam spiritisme. Namun akhir-akhir ini, para penulis pro-kharismatik yang tidak mengenal theologi evangelikal tradisional mengenai masalah ini, secara dogmatis telah menyatakan bahwa tidak ada bukti alkitabiah yang mendukung pandangan tradisional tersebut.


Enam argumentasi yang mendukung posisi evangelikal lama disajikan berikut ini, dengan dukungan perikop-perikop Alkitab. Dalam pikiran penulis, salah satu perikop tersebut sebenarnya sudah cukup untuk menyapu bersih segala pemikiran para pengusir setan kharismatik yang dibuat manusia tersebut. Namun jika disatukan, maka argumentasi-argumentasi tersebut lebih tidak tergoyahkan lagi.


 

1. Allah Mengajarkan Bahwa Roh-roh Jahat Akan Dibatasi


Tuhan Yesus Kristus sendiri menyamakan tindakan pengusiran setanNya sebagai suatu pengendalian terhadap aktivitas Setan sejak awal masa Injil. Di dalam Lukas 11: 20-22 Ia berkata – Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat daripadanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.


Dalam perikop ini, Tuhan menggambarkan masa Perjanjian Lama, dimana pada masa itu iblis seperti orang yang kuat dan bersenjata lengkap dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas di dalam genggamannya. Segala milik iblis dalam keadaan 'aman', sehingga bangsa-bangsa berada dalam kegelapan rohani dan setiap roh jahat yang menghuni di dalam diri manusia tetap tidak terganggu. Tidak ada keberhasilan atau eksorsisme kekal yang bisa dilakukan siapapun. Kemudian Tuhan menggambarkan kedatanganNya sendiri dengan kuasa Allah, mengusir setan sebagai sebuah tanda bahwa Ia adalah Mesias sejati dan bahwa masa Injil telah dimulai. Serangan gencarNya terhadap penguasa-penguasa kegelapan (yang sampai pada puncaknya di Kalvari) akan mengakhiri kebebasan Setan untuk membutakan bangsa-bangsa. Untuk mengatasi Setan, Tuhan merampas perlengkapan senjatanya – yakni rantai baja yang membelenggu bangsa-bangsa – dan menyerahkan orang-orang tersebut kepada kemungkinan pengaruh Injil.


Kuasa roh jahat yang dapat merasuki pribadi secara logis dan tanpa terkecuali jelas termasuk dalam pengendalian kuasa Setan ini, sebab hal ini persis dengan perbuatannya dalam memperdayakan bangsa-bangsa. Dalam memperdaya bangsa-bangsa, Setan dan roh-roh jahatnya merampas pikiran dan hati manusia, mengganggu atau menghalangi segala pengaruh rohani. Ketika roh jahat tinggal di dalam pribadi seseorang maka itu merupakan aktivitas yang sama di dalam mikrokosmos. Ini adalah bagaikan roh jahat
telah membangun sebuah tembok di sekitar orang tersebut, sama seperti halnya Setan yang membangun tembok paganisme yang tidak dapat ditembus di sekeliling semua bangsa pada masa Perjanjian Lama.


Sebaliknya sejak peristiwa Kalvari gambaran Perjanjian Baru mengenai iblis adalah iblis yang rendah. Ia tidak bisa lagi menguasai bangsa-bangsa dan pribadi-pribadi dengan seenaknya. Ia harus, seperti halnya roh yang mengembara, hidup di jalanan dan bergelandang, mencobai manusia dari luar. Kuasanya tetap mengerikan dan besar, karena hati manusia yang menyedihkan bertambah jahat atas kehendaknya sendiri. Mereka sangat dirugikan karena mempercayai kebohongan dan berbuat menurut godaan iblis. Namun, iblis tidak bisa menguasai dan tinggal di dalam diri manusia dengan sesuka hatinya lagi. Satu-satunya kemungkinan yang masih ada bagi roh-roh jahat untuk masuk ke dalam jiwa sejak peristiwa Kalvari adalah jika manusia dengan sadar dan berdasarkan kehendaknya sendiri bekerjasama dengan pengaruh-pengaruh roh jahat, dan menyerahkan hidup kepada mereka.


Pengikatan dan penahanan Setan ini juga dapat dilihat di dalam Markus 3: 27 dimana Juruselamat menggambarkan tindakanNya terhadap Setan dengan perkataan: Tetapi tidak seorangpun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Jelas Setan sangat aktif sebagai penggoda yang jahat, namun ia harus menjadi pengembara, bukan seorang tuan, dan harus memperoleh kerjasama dari para korbannya. Karena ia adalah 'penguasa di udara', maka ia tidak mempunyai tempat, tahta dan hak. Ia dan kumpulan roh jahatnya merupakan iblis yang mengembara, yang harus hidup dengan 'kecerdikan' sendiri.


Tuhan Yesus Kristus sekali lagi menyamakan pengusiran setan dengan pengendalian (pembatasan) Setan di Kalvari dengan mengatakan – Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan keluar (Yoh. 12: 31). Setan telah benar-benar dicampakkan karena kekalahannya di Kalvari, namun ia juga 'terusir' pada masa Kristus, karena kuasanya untuk merasuki umat manusia adalah berdasarkan kehendak manusia. Tindakan terakhir ini harus dimasukkan di dalam perkataan Kristus – karena Tuhan menggunakan kata-kata yang sangat tepat (dilempar keluar) yang menunjukkan eksorsisme.


Argumentasi pertama yang mendukung gagasan bahwa perasukan roh jahat yang di luar kemauan manusia atau kerasukan roh jahat telah menyebar luas telah berhenti itu, adalah bahwa Tuhan Yesus Kristus jelas mengajarkan bahwa pelayananNya di bumi menyebabkan pembatasan yang keras terhadap kuasa Setan untuk menguasai jiwa-jiwa.


 

2. Daud dan Paulus Mengatakan Bahwa Roh-roh Jahat Kini Telah Dibatasi


Argumentasi kedua ditarik dari perikop Alkitab yang menubuatkan dan menjelaskan penawanan roh-roh jahat yang dimulai dari Kalvari. Mazmur 68 adalah sebuah nubuatan, yang menantikan kedatangan Kristus ke dunia, kemenanganNya atas kuasa-kuasa kegelapan, kenaikanNya ke Surga, dan penguasaanNya atas Jemaat sepanjang masa Injil. Rasul Paulus mengutip mazmur dalam konteks ini,


Mazmur 68 diawali dengan perkataan – Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuhNya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapanNya. Mesias datang, dan kumpulan iblis melarikan diri dari hadapanNya. Mereka akan lari pada saat Ia di dunia (seperti ketika Ia mengusir mereka keluar dari dalam pribadi manusia) dan mereka akan melarikan diri beramai-ramai ketika Ia memperoleh kemenangan di Kalvari.


Ketika Juruselamat naik ke Surga (kata Mazmur), Ia akan menerima persembahan-persembahan yang akan diteruskan kepada manusia: -- Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak untuk diam di sana, ya Tuhan Allah.


Pertanyaannya adalah – siapakah tawanan-tawanan tersebut dan apakah persembahan-persembahan itu? Jawabannya diberikan Paulus di dalam Efesus 4: 8 dan 11 (komentarinya atas Mazmur 68) – Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia... Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar...


Setelah mengalahkan Setan di Kalvari, Tuhan naik, dan seperti halnya dengan penakluk purba, Ia membawa pergi sekumpulan tawanan. Ia melucuti banyak kuasa roh-roh kegelapan, dan membawa 'barang rampasan', yang dibagi-bagikan kepada pengikut-pengikutNya sendiri. 'Barang rampasan' apakah yang bisa diambil Juruselamat kita dari iblis dan kumpulannya dan cocok untuk diberikan kepada para pengikut Kristus? Sebelum peristiwa Kalvari, iblis dan kumpulannya sangat berkuasa atas manusia. Mereka tidak berhak, karena mereka merampasnya. Meskipun demikian, mereka memegang kuasa yang tak bisa ditahan untuk menipu bangsa-bangsa, membuat bangsa-bangsa non-Yahudi di dalam kegelapan, dan tinggal di dalam jiwa yang sangat besar jumlahnya.


Di Kalvari Kristus mengambil kembali semuanya dari iblis dan kumpulannya, dan setelah kenaikanNya Ia mengembalikannya kepada JemaatNya. Ia melucuti kuasa-kuasa liar roh-roh jahat dari pikiran manusia, dan mengaruniakan kepada murid-muridNya kuasa FirmanNya yang tidak bisa dibendung, dan juga pelayanan Injil.


Jadi kumpulan kegelapan, Setan dan roh-roh jahatnya, dicabut dari kuasanya yang besar, dan sebagai gantinya, pengaruh besar dikaruniakan kepada orang-orang percaya Perjanjian Baru, yang diberikan karunia komunikasi Injil yang menembus ke seluruh bangsa di dunia yang telah terpedaya.1 Iblis dan kumpulannya belum seluruhnya dibersihkan dari pandangan, tetapi mereka tidak bisa menghalangi Injil untuk disebarkan kepada bangsa-bangsa atau menghalangi proses pertobatan kepada Kristus, maupun merasuki manusia tanpa seizin mereka. Kuasa yang tak
terbendung yang menguasai jiwa merupakan salah satu 'barang rampasan' Kalvari.


 

3. Roh-roh Jahat Mengetahui Kesudahan Mereka


Kelompok ketiga dari perikop Alkitab yang meyakinkan kita bahwa kerasukan roh jahat yang bukan atas kehendak sendiri tidak mungkin terjadi pada masa kini, mengajarkan bagaimana roh-roh jahat bereaksi terhadap Juruselamat. Roh-roh jahat sendiri kelihatannya mengetahui bahwa pelayanan Kristus akan membawa perubahan besar pada kegiatan mereka, dan menghancurkan kuasa dan kebebasan mereka untuk merasuki jiwa-jiwa yang tak terhitung secara mendadak. Orang Gerasa (yang sudah lama kerasukan banyak roh jahat) ketika melihat Yesus – ia berteriak lalu tersungkur di hadapanNya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusanMu dengan Aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepadaMu, supaya Engkau jangan menyiksa aku." (Luk. 8: 28).


Yesus memerintahkan roh-roh jahat keluar dari keluar orang itu, dan mereka sadar dengan penuh kengerian dan ketakutan bahwa kebebasan mereka untuk kapan saja merasuki umat manusia telah berakhir. Hal tersebut dikarenakan mereka tahu bahwa mereka tidak diizinkan untuk merasuki pribadi manusia yang lain, sehingga mereka memohon untuk diizinkan memasuki babi-babi yang ada disitu. Jadi, roh-roh jahatpun memberikan kesaksian mengenai fakta bahwa kerasukan roh jahat 'yang tidak diundang' telah hancurkan oleh pelayanan Kristus.


Orang kerasukan di rumah ibadah Kapernaum ketika dilihat Kristus, berteriak – Apa urusanMu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? ... (Mrk. 1: 24). Sebenarnya hanya ada satu roh jahat di dalam orang itu, namun ia berbicara mewakili ketakutan dan penderitaan berat dari semua roh jahat yang akan datang. Makhluk sesat ini bukan hanya menyatakan ketakutan mereka yang diusir dari tempat tinggalnya, tetapi juga berbicara mengenai keseluruhan 'posisi' mereka. Catatan yang sama mengenai peristiwa ini dicatat juga di dalam Luk. 4: 33-36.


 

4. Setan Tidak Bisa Menyatakan Diri Secara Terbuka


Argumentasi keempat yang mendukung pandangan bahwa Setan dan roh-roh jahatnya kini dilarang untuk merasuki manusia adalah fakta bahwa Allah telah menyatakan diriNya akan melarang Setan untuk menyatakan diriNya. Ia ditempatkan dalam kurungan yang sangat kuat, sehingga tidak bisa menyatakan diri, meskipun terhadap manusia
berdosa yang disebabkan olehnya, kecuali atas izin Allah, dan itu akan terjadi seketika mendahului kedatangan kembali Kristus di dalam kemuliaan. Kekangan demikian tentu saja sama sekali tidak akan efektif, jika roh-roh jahat bebas merasuk semua orang dengan seenaknya, sehingga bisa menyatakan perilaku 'roh jahat'nya melalui orang banyak. Kejadian ini akan merupakan manifestasi terbuka pasukan Setan yang besar sekali di dalam dunia. Jelas sekali pengekangan terhadap Setan harus diikuti dengan pengekangan yang serupa terhadap kumpulan roh-roh jahatnya.


Dalam 2 Tes. 2: 6-8 rasul Paulus menggambarkan bagaimana penyataan Setan dicegah kemunculannya sampai tiba waktunya Tuhan: Dan sekarang kamu tahu apa yang menahan dia, sehingga ia baru akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan baginya. Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan, pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali. Jadi pernyataan diri Setan sangat dibatasi sampai tiba pada 'waktunya yang singkat'.


Pada masa ini, iblis terpaksa harus merendahkan diri demi mencapai tujuannya. Dengan rahasia dan sembunyi-sembunyi ia mengembangkan pengajaran sesat, filosofi atheistik dan berhala-berhala emas dan perak – materialisme dan sekularisme. Ia dipaksa untuk tidak menampakkan diri dalam menjalankan operasinya. Bahkan pada saat Setan dibebaskan untuk 'waktu yang singkat' (sekejap saja sebelum kedatangan kembali Kristus), ia akan diizinkan untuk menyatakan diri, atau dapat dilihat. Dengan tipuan yang licik terhadap manusia, ia akan menyebabkan kejatuhan yang besar atau menyesatkan; yakni sebuah masa penolakan yang amat sangat terhadap Allah dan hukum-hukum moral. (Perikop lain di dalam Alkitab seperti Wahyu 19: 15-21 juga merujuk kepada manifestasi yang mewakili Setan dan kebinasaan manusia berdosa pada akhir zaman.)


Secara ringkas, Alkitab menyingkirkan pameran kepribadian roh jahat yang sombong, yang dipamerkan di dalam kerasukan roh jahat yang meluas. Kegiatan Setan masa kini harus dilangsungkan dengan rahasia dan sembunyi-sembunyi, dan kerasukan setan dalam skala yang luas tidak bisa dikategorikan sebagai rahasia dan sembunyi-sembunyi. Karena itu, kerasukan setan merupakan sebuah kenyataan, tetapi jarang terjadi masa kini.


 

5. Alkitab Menetapkan Kegiatan Roh-roh Jahat


Argumentasi kelima yang menentang bahwa kerasukan roh jahat masih luas terjadi pada masa kini, adalah bahwa berbagai perikop Perjanjian Baru dengan tegas mengatakan apa yang akan dilakukan Setan pada masa Injil, dan perbuatan merasuki manusia tidak disebut dalam perikop-perikop tersebut. Ironi yang tragis adalah bahwa sementara para pengajar kharismatik berjuang keras dan bersusah-payah untuk mengeluarkan roh-roh jahat (yang hanya merupakan khayalan isapan jempol mereka), roh-roh jahat yang sebenarnya malah berhasil mempengaruhi gereja mereka dengan keduniawian dan pengajaran sesat. Menurut Firman Tuhan, peran roh-roh jahat masa kini adalah menggoda manusia agar jatuh ke dalam dosa, menganiaya dan mencobai umat Allah, serta menyebarluaskan pengajaran sesat.


Misalnya kita membaca di dalam 1 Tim. 4: 1: Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan. Kebanyakan komentator menyetujui bahwa roh-roh penyesat merujuk kepada kebohongan, atau orang-orang munafik yang menjadi alat-alat iblis. Ajaran setan-setan dapat diterjemahkan sebagai – doktrin-doktrin roh-roh jahat. Roh-roh jahat sekarang aktif membuat-buat dan menyebarkan doktrin dusta. Mereka bercokol di seminari-seminari, sekolah theologi dan di dalam fakultas-fakultas theologi di universitas-universitas – pokoknya dimana mereka bisa mendapatkan pendeta dan hamba Tuhan yang rentan.


Yakobus 3: 14-15 memberitahukan bahwa roh-roh jahat, sama sekali bukan merasuk di dalam diri manusia, namun terlibat dalam menghasut anggota-anggota jemaat. Ia mengatakan: Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari napsu manusia, dari setan-setan. Betapa mudahnya kita terkecoh oleh godaan iblis. Sebagai anggota-anggota jemaat mudah sekali kita merasa sakit-hati dan dendam satu dengan lainnya. Kita lupa bahwa kecemburuan, kemarahan dan kebencian, semuanya dibisikkan dan dihembuskan dengan tak henti-hentinya oleh roh-roh jahat.


Dalam 1 Yoh. 4: 1-6 kita diberitahu – jangan percaya kepada setiap roh – karena roh-roh jahat selalu ada, dan selalu siap sedia membisikkan sesuatu pemikiran kedagingan yang sangat bertentangan dengan Firman Allah dan prinsip-prinsip ketaatan dan iman. Sementara orang-orang kharismatik menguatirkan kerasukan roh jahat, roh-roh jahat tersebut sibuk menyebarkan ekumenisme, keduniawian, pengkultusan terhadap hal-hal yang populer, cinta kepada kemewahan, jenjang karier, dan perilaku yang tidak sesuai di antara orang Kristen.


Kita menyimpulkan bahwa sementara iblis dan kumpulannya tidak memiliki kuasa untuk merasuki orang lagi (jika tidak disertai kerjasama yang erat dari orang yang dirasuki), mereka sendiri berada di belakang kegilaan masa kini untuk mencari dan mengusir roh-roh jahat khayalan, karena hal baru yang terakhir ini mengalihkan perhatian orang Kristen dari perbuatan roh jahat yang sebenarnya – yakni menyakiti dan mencemari jemaat-jemaat Kristus. Wahyu 2: 9, 20, 24 dan 3: 9 merupakan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa roh-roh jahat ada di balik segala kemunafikan, ibadah palsu dan pengajaran sesat.


Wahyu 12 mengemukakan strategi yang memalukan roh-roh jahat akan terjadi pada masa dispensasi ini. Dapatkah mereka merasuki orang dengan seenaknya? Tidak, jawab Wahyu 12. Karena tahu bahwa waktu mereka sangat singkat, mereka akan melepaskan dendam mereka ke atas jemaat-jemaat Juruselamat. Berapa lama mereka akan melakukan hal ini? Selama masa Injil, seperti yang dapat kita baca dalam ayat 17, dimana sang naga digambarkan berperang dengan keturunan yang lain dari perempuan itu – yakni umat Allah – hingga akhir zaman.


Jika kita memahami inilah pengajaran Perjanjian Baru itu, maka kita dapat mengerti betapa berbahaya dan tragisnya jika orang-orang yang sungguh-sungguh percaya tertarik oleh masalah kerasukan roh jahat itu. Mereka yang terobsesi dengan eksorsisme telah ketinggalan 2.000 tahun ke masa lalu. Mereka gagal memahami aktivitas-aktivitas roh jahat yang sebenarnya seperti yang dimaksud dalam Perjanjian Baru.


 

6. Alkitab Tidak Memberikan Otoritas Eksorsisme (Mengusir Setan)


Argumentasi keenam yang menentang pendapat bahwa kejadian kerasukan setan meluas pada masa kini adalah sama sekali tidak ada satupun perintah positif bagi orang-orang percaya di dalam Perjanjian Baru untuk mengusir setan. Para rasul (dan tujuhpuluh utusan khusus) menerima kuasa untuk menghadapi roh-roh jahat semata-mata karena mereka mendapat tugas untuk mengumumkan bahwa kerajaan Allah telah tiba. Dengan kata lain, pengusiran setan merupakan tanda kedatangan Kristus dan pengukuhan sebuah masa yang baru, yakni masa Injil.


Kemampuan murid-murid untuk mengusir setan sama sekali bukan dimaksudkan sebagai sebuah keistimewaan yang terus-menerus di dalam pelayanan orang Kristen, karena itu tidak terdapat satupun instruksi di dalam Perjanjian Baru mengenai bagaimana roh-roh jahat itu harus diusir. Di antara perikop-perikop terkenal yang menyinggung masalah peperangan kita dengan iblis tidak ada yang mengatakan satu katapun tentang kerasukan roh jahat atau eksorsisme. Walaupun rasul Paulus diselimuti urusan berat peperangan rohani, namun ia tidak mengacu sedikitpun masalah mengenai kerasukan roh jahat dan eksorsisme (misalnya: Roma 6-8, Galatia 5-6, Efesus 6: 11-18).


Mungkinkah sebuah tragedi rohani yang lumrah terjadi dilupakan dengan sengaja? Tentu saja tidak, karena Alkitab sudah cukup memenuhi segala kebutuhan kita. Tidak ada perintah mengenai bagaimana menghadapi roh jahat karena masalah tersebut termasuk kejadian yang jarang, dan merupakan sesuatu yang dilindungi oleh ketentuan evangelisme yang normal.


Anggap saja sebuah kasus kerasukan setan yang jarang itu memang terjadi dengan sendirinya. Pertama, kita harus ingat bahwa amanat kita adalah untuk memberitakan Injil, bukan mengusir roh jahat. Kedua, kita ingat bahwa Allah telah memperingatkan bahwa tanpa pertobatan, eksorsisme akan sia-sia belaka. Baik orang kerasukan roh jahat ataupun tidak, cara alkitabiah satu-satunya agar orang tersebut dapat diselamatkan adalah bertobat dan percaya kepada Injil. Tidak ada pengecualian prosedur bagi orang yang kerasukan roh jahat.


Bagaimana jika (kerasukan roh jahatnya) setelah pertobatan? Mungkinkah seseorang yang kerasukan roh jahat diselamatkan dan kemudian membutuhkan eksorsisme untuk mengeluarkan roh jahatnya? Jawabannya adalah bahwa secara theologis hal ini sama sekali tidak masuk akal. Pertobatan macam apakah jika roh jahat yang merasuk itu tidak dapat diusir dan dikeluarkan oleh Roh Kudus ketika Ia masuk dan mengambil alih hidup orang tersebut?


Jika pelayan Kristen menghadapi kasus kerasukan roh jahat (misalnya orang yang terlibat berat dalam okul), maka peran orang Kristen tersebut adalah bersaksi, berdoa, dan mendesak orang yang kerasukan itu untuk memohon kepada Kristus untuk menolong dan menyelamatkannya. Kita tidak boleh 'berperan sebagai pendeta' dan mencoba mengambil alih peran Kristus. Hanya Kristus yang dapat mengusir roh jahat, seperti halnya bahwa hanya Dia yang dapat mengampuni dosa dan memperbaharui hidup. Luther mengatakan – 'Kita tidak dapat mengusir roh jahat dengan upacara-upacara tertentu dan dengan perkataan-perkataan seperti yang diucapkan oleh Yesus Kristus dan para rasul ... Dengan kemampuan kita sendiri, kita tidak dapat mengusir setan ataupun memaksakan diri untuk itu' (Table Talk).


 

Eksorsisme Di dalam Nama Yesus


Semua ini menimbulkan tanda-tanya yang tak terjawab. Jika tidak ada instruksi untuk pelayanan eksorsisme yang berkesinambungan di dalam Alkitab, bagaimana dengan contoh nyata rasul Paulus yang menolong seorang hamba perempuan di Filipi dengan berkata, 'Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini' (Kis. 16: 18). Kenapa kita tidak boleh menggunakan nama Yesus untuk mengusir roh jahat masa kini? Jawaban yang sudah sangat tegas adalah – tidak; bagaimanapun juga kita tidak boleh melecehkan nama Yesus dan menggunakannya seperti sebuah mantera keberuntungan atau sebagai formula tahyul untuk menakut-nakuti roh-roh jahat.


Ketika rasul Paulus menggunakan nama Yesus itu bukan karena nama tersebut mendatangkan sesuatu! Ia mengumumkan kepada semua orang yang ada disitu bahwa ia mengusir setan sebagai pernyataan otoritas Kristus. Sebagai seorang rasul, secara pribadi ia memiliki 'izin', diberi otoritas dan diberi kuasa oleh Kristus untuk mengusir roh-roh jahat. Kita bukan rasul, dan kita tidak diberi otoritas dan kuasa untuk melakukan hal-hal tersebut. Amanat Agung kita tidak memberikan otoritas untuk mengusir roh-roh jahat. Sebagai rasul yang diberi amanat, Paulus bisa mengatakan bahwa ia melakukan hal tersebut

karena otoritas dari Kristus. Kita tidak bisa mengatakan hal tersebut, sehingga kitapun tidak boleh menggunakan nama Yesus.


Ketika sesuatu dilakukan di dalam nama Yesus (dalam catatan Alkitab), maka itu berarti bahwa hal tersebut dilakukan sebagai pernyataan perintahNya dan demi namaNya. Ketika Paulus menulis kepada orang Korintus (1 Korintus 5), ia memberitahukan bahwa Kristus menuntunnya untuk memerintahkan mereka mengusir anggota mereka yang amoral. Karena itulah ia memerintahkan mereka – dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Istilah – dalam nama Yesus – juga berarti bahwa Kristus telah memerintahkan sesuatu. Sesuatu telah dilakukan demi namaNya dan untuk diriNya. Kita menerima anak-anak di dalam nama Kristus, karena Ia telah menyatakan perintah tersebut untuk kita laksanakan. Kita berkumpul untuk berdoa di dalam nama Kristus, karena kita menaati perintahNya.


Tuhan Yesus mengusir sejumlah besar roh jahat sebelum peristiwa Kalvari, tetapi sebagian masih tinggal sementara didalam diri manusia, sehingga kumpulan rasul juga dapat mengusir mereka keluar. Dengan demikian Markus 16: 17 digenapi, dan semua orang akan mengetahui bahwa para rasul adalah wakil Kristus yang sejati. Sepanjang pengetahuan kita, kita tidak boleh menggunakan nama Yesus sebagai sebuah kunci magis untuk tujuan tertentu yang tidak diperintahkanNya untuk kita lakukan.>

Tidak ada komentar:

Supported By

Share Link

IFB KJV Directory