Angin Timur Bertiup Ke Barat
Kampanye Kesembuhan Gaya-Okultisme John Wimber
Revolusi kesembuhan kharismatik kini telah melewati batas dimana hukum fundamental Kekristenan telah ditantang dan dicemooh - yaitu prinsip dimana pikiran harus dijaga sebagai indera yang disiplin dan rasional, yang secara sadar mengendalikan segala permasalahan kita, serta setiap persekutuan kita dengan Tuhan. Dengan memakai indera ini, kita harus menarik pengetahuan kebenaran rohani kita hanya dari Firman Allah saja. Kita bisa menyebut prinsip ini sebagai Hukum Akal Sehat - Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban [KJV: For God hath not given us the spirit of fear; but of power, and of love, and of a sound mind (secara literal, akal yang sehat, a safe mind - 2 Tim. 1: 7)]. Akal yang sehat (tertib) adalah akal sehat yang selalu mengendalikan pemikiran dan perbuatan kita, yang tidak memberi peluang kepada kita untuk kesurupan, penampakan atau kehilangan kendali akal sehat lainnya. Dengan indera yang terkendali ini, kita tidak akan berfantasi atau mengkhayalkan Allah berbicara kepada kita, namun kita berpegang teguh pada bentuk firman yang sehat (Alkitab) dengan akal sehat yang berpikir dan tepat.
Hukum inilah yang telah memelihara Kekristenan yang benar berbeda dari segala bentuk spiritisme pemberhalaan sepanjang abad. Bertahun-tahun mereka yang menggunakan bahasa lidah (yang kehilangan kendali suara) dengan sukarela telah mengabaikan indera rasional mereka, ketika mereka melakukan hal itu, namun literatur kharismatik terbitan terbaru malah mengagung-agungkan hal penghilangan total kendali pikiran rasional, meminta orang-orang percaya untuk membuka diri tanpa rintangan bagi kuasa-kuasa tak kelihatan dari alam spiritual untuk masuk. Visualisasi, fantasi, visi, dan komunikasi langsung dari Allah dan interaksi dengan roh-roh semuanya kini menjadi tujuan dan kesukaan mayoritas besar kharismatik di seluruh dunia, bersama-sama dengan hal-hal gaib, penglihatan di luar indera, kekuatan pikiran, kerasukan dan hipnotis massa - segala teknik kultus kesembuhan Timur. Zaman Reformasi mengembalikan pemikiran kepada umat, menghapuskan tahyul dan membangun pusat pemikiran rasional. Namun metode kharismatik baru mengembalikan kekacauan dan perhambaan spiritisme primitif.
Jika mencari kata okul (occult)di dalam semua kamus, kita akan menemukan definisinya sebagai - sesuatu yang tidak terlihat, di luar cakupan pengetahuan yang biasa; berkenaan dengan supranatural, kekuatan-kekuatan atau karunia-karunia mistik. Jika kita mencari kata pertenungan (clairvoyance) kita akan menemukan definisinya sebagai suatu kemampuan untuk melihat (secara mental) hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak bisa dilihat orang biasa. Semua ini terlarang bagi orang Kristen, termasuk teknik berhala, namun justru ini menjadi 'agama' kaum kharismatik masa kini. Ambil contoh usaha penyembuh Amerika John Wimber. Ia mengkampanyekan kepada orang Kristen agar menjalani perubahan persepsi atau transformasi pandangan yang besar-besaran, agar melepaskan diri dari Kekristenan historis, dan merapat dalam barisan dengan gagasan religius dari Timur. Ia mengeluh bahwa Kekristenan Barat dikuasai oleh pandangan ilmiah dan terpaku oleh pemikiran rasional yang salah.
Wimber menyatakan bahwa ini adalah murni masalah budaya, dengan menunjukkan di negara-negara Timur dan Afrika dapat dipastikan bahwa umat manusia bisa berinteraksi dengan alam roh, dan berhubungan dengan makhluk-makhluk di luar pikiran. Ia mendesak bahwa secara khusus rintangan tatanan budaya Barat telah menyebabkan orang Kristen dikuasai oleh alam pengertian. Untuk mendapat akses kuasa, John Wimber mengikuti Paul Yonggi Cho dalam mendesak kaum kharismatik untuk lebih membuka diri bagi 'kesenjangan-kesenjangan' lain. Mereka harus terbuka bagi mimpi, visi dan suara hati sebagai jalan masuk ke dalam dan membaca alam roh, terutama pesan-pesan dari Allah. Mereka harus melepaskan diri dari rantai yang melilit mereka yang dikarenakan oleh rintangan-rintangan Barat, budaya, ilmiah, empiris dan akal sehat, sehingga roh mereka menjadi merdeka untuk pindah ke dalam dimensi atau wilayah indera rohani. Mereka harus belajar untuk menikmati rasa dan perasaan di dalam lingkungan supranatural.
Tentu saja ini berbeda total dengan iman Kekristenan historis kita, dimana akal-sehat kita sepenuhnya berjalan seiring dengan alam rasional. Melalui anugerah Allah kita menerima wahyu Alkitab sebagai tuntunan yang sejati dan otoritatif, dan kita menerimanya ke dalam akal-sehat rasional kita. Kita sendiri tidak langsung berhubungan dengan para malaikat atau roh-roh, maupun menerima perintah-perintah otoritatif dari Allah di luar FirmanNya. Akal-sehat rasional kita tidak pernah dikesampingkan karena itu merupakan indera tertinggi dari manusia. Dengan akal-sehat dan melaluinya kita mengasihi Tuhan dan memegang FirmanNya, dan kita menerima buah dari perjalanan kita sementara kuasa Allah dicurahkan ke dalam kehidupan kita.
Sebagai orang percaya kita semua telah merasakan "dorongan" Roh, ketika Roh kebaikan dan kasih karuniaNya menghidupkan atau menajamkan pengertian kita. Kita semua telah menerima bantuan Roh yang lebih mencerdaskan kita dari yang seharusnya jika berada dalam situasi yang sulit. Kita semua telah dibantu untuk mengingat kewajiban atau tanggungjawab yang seharusnya kita lupakan, dan barangkali kita semua kadang-kadang 'dibuat' peka terhadap kebutuhan orang lain yang mendesak, yang jika diserahkan kepada kita, kita tidak akan peduli. Jelas kita semua mengenal "dorongan" yang lembut tersebut, walaupun kita tidak selalu menyadari uluran tangan Allah pada saat itu. Tetapi dorongan dan pengaruh demikian merupakan bantuan Roh Kudus yang tidak menonjol; hal-hal tersebut bukan merupakan komunikasi Kebenaran, ataupun petunjuk-petunjuk otoritatif.
Semua Kebenaran dan petunjuk otoritatif hanya datang dari Firman saja, dan setiap pemikiran asli kita secara mutlak harus sesuai dengan prinsip dan doktrin yang telah Allah berikan di dalam FirmanNya. Allah tidak pernah menyampaikan doktrin atau pengajaran otoritatif secara langsung ataupun memampukan kita untuk bisa masuk ke dalam informasi mengenai kehidupan atau keadaan orang lain dengan cara yang gaib. Kita perlu berwaspada tinggi terhadap fakta bahwa pengajaran kharismatik baru sangat berbeda dengan kaum Pentakostalis lama dua atau tiga dekade yang lalu. Kharismatik baru bukan bicara tentang seseorang yang kadang-kadang menerima 'kata-kata hikmat' dari Allah yang harus diuji dengan Alkitab. Mereka juga bukan bicara tentang seorang yang adakalanya menjadi nabi modern, yakni suatu kesalahan yang memang sudah terjadi. Mereka kini memaksakan bahwa setiap orang percaya harus mengusahakan taraf baru, profetik, dan supranatural ini - dan kaum evangelikal tradisional seharusnya terbangun oleh signifikansi yang mengejutkan ini.
Para pengajar gerakan pembaharuan kharismatik mengatakan bahwa seperti halnya dengan suku-suku primitif yang dianggap 'peka dengan roh-roh di dalam alam semesta', demikian juga orang Kristen harus peka dengan alam roh. Mereka menggunakan istilah animisme yang kental dan kita seharusnya terusik dan terperanjat untuk sadar sepenuhnya bahwa betapa pengajaran mereka telah berubah sangat fasik dan tidak alkitabiah. John Wimber menyatakan bahwa - 'sepanjang Perjanjian Baru terjadi interaksi yang terus menerus antara makhluk-makhluk alami dan supranatural (kunjungan para malaikat, mimpi, penampakan, nubuatan dsb.). Interaksi-interaksi tersebut merupakan salah satu cara Allah menyampaikan kehendak-kehendak dan petunjuk-petunjuk Allah kepada umatNya.' Ia berpendapat bahwa kesinambungan tersebut merupakan norma instruksi dan penuntun Kristen.
Setiap orang yang saat ini tidak menerima bahwa Allah berkomunikasi dengan umatNya dengan cara-cara tersebut dikutuk oleh pengajar-pengajar seperti Wimber sebagai memaksakan pandangan rasionalistik Barat terhadap Alkitab. Faktanya adalah bahwa para evangelikal tradisional percaya bahwa proses pewahyuan (dengan kehadiran karunia-karunia tanda) dibatasi pada masa Alkitab karena Kitab Suci sendiri mengatakannya demikian. Alkitablah yang membatasi wahyu dan mujizat-mujizat otentik kepada Yesus dan para rasulNya, yang menyebut para rasul tersebut sebagai tahapan dasar (fondasi) Jemaat.
Alkitablah yang memberikan daftar alasan yang sangat khusus kepada berbagai karunia yang diberikan - dimana semua alasan itu disempurnakan pada abad pertama setelah Kristus. Pada bagian berikut kita akan menyebutkan ayat-ayat Alkitab yang membuktikan, (1) sifat temporer (sementara) wahyu dan karunia-karunia tanda; dan (2) peran akal sehat rasional yang sangat diperlukan. Hal-hal tersebut merupakan masalah yang sangat penting, karena keduanya benar-benar akan mendiskualifikasi pemikiran kharismatik masa kini dan menangkal mereka dari kehidupan suatu jemaat Kristen yang benar. Kita juga akan meneliti argumentasi dasar 'alkitabiah' yang ditawarkan oleh para penyembuh kharismatik dalam mendukung metode mereka.
Pertama, terlebih dahulu perlu disampaikan bahwa para pengajar kesembuhan kharismatik tidak selalu mengumpulkan pemikiran dan metode mereka sendiri, karena mereka mengetahuinya ada di dalam Alkitab, tetapi oleh karena pengaruh yang lain seperti penampakan, mimpi, dan perkataan-perkataan yang - menurut mereka - Allah telah berbicara langsung ke dalam pikiran mereka. Ambil contoh seperti John Wimber, yang mampu menarik ribuan orang untuk datang ke seminar kesembuhan yang diselenggarakan di berbagai tempat di dunia. Bagaimana penyembuh ini bisa berubah dari sikapnya yang boleh dikatakan penganut theologi evangelikal orthodoks (walaupun sangat Arminian) menjadi seorang protagonis terkemuka dari kelompok kharismatik ekstrim? Kisah latar belakangnya tersedia di dalam rekaman kaset konferensinya dan di dalam dua buku yang diterbitkan baru-baru ini. (Penulis menemukan buku-buku itu sebenarnya kurang menggegerkan dibandingkan rekaman-rekaman kaset yang penuh dengan kekurangajaran, bahkan kata-kata hujatan dan lelucon-lelucon.)
John Wimber adalah seorang pemusik jazz yang bertobat dalam sebuah kebaktian rumah tangga pada tahun 1960-an. Pertobatannya kepada Kristus (yang digambarkan dalam sebuah rekaman kaset Signs and Wonders) sama sekali tidak kedengaran meyakinkan sebagai pengalaman dari seseorang, yang hatinya terbuka menyadari dosa-dosa pribadi dan kemudian menuju ke kemuliaan terang Injil. Ia menceritakan bagaimana dirinya menjadi Kristen sambil menangis histeris sebagai reaksi terhadap pertobatan isterinya. Menurut ceritanya sendiri, pengalaman rohaninya timbul karena kekacauan mental dan frustrasi emosional total!
Sejak awal ia adalah seorang penganut 'easy-believism' ('mudah percaya'), yang menyombongkan diri bahwa pada masa awal kehidupan Kekristenannya, ia membawa ratusan orang bagi Kristus. Dengan berlalunya waktu, ia menjadi gembala sebuah gereja injili orthodoks, namun akhirnya merasa kecewa dengan gaya pelayanannya yang tradisional dan mengambil sebuah pos pelayanan mengajar di seminari, termasuk mengunjungi gereja-gereja untuk berbicara tentang pertumbuhan gereja. Selama tiga sampai empat tahun berikutnya, ia 'sangat terkesan' dengan efek yang dihasilkan oleh karunia-karunia kesembuhan kharismatik dalam memicu pertumbuhan gereja di banyak negara Dunia Ketiga, dan mulai mengambil pandangan kharismatik dengan lebih serius. Mengakui tentang kekurangan yang serius di dalam kehidupan rohaninya sendiri selama bertahun-tahun, ia menulis:
'Pengaruh ini datang tepat pada waktunya... Selama bertahun-tahun saya telah menghabiskan waktu untuk memelihara hubungan dengan Allah - jarang berdoa dan tidak pernah membaca Alkitab dengan tekun. Saya betul-betul menyadari bahwa saya kurang mempunyai pengalaman pribadi dengan Allah seperti yang digambarkan di dalam Alkitab...'
Ia juga merasa sangat kecewa dengan gereja-gereja yang dikunjunginya, dan merasa bahwa usaha mereka kurang mencerminkan kegiatan yang alkitabiah, dan sementara sat itu ia mengalami krisis keluarga yang dihadapi salah seorang anaknya. 'Krisis pribadi ini menghadapkan saya kepada puncak kesabaran saya secara emosi dan rohani.' Akhirnya, ketika dalam sebuah penerbangan pesawat ke Detroit, ia mengalami gangguan emosional dan mulai menangis tak berdaya. Dengan perasaan hancur dan hina, ia berseru di dalam doa, 'O Tuhan, apa yang salah dalam diriku?' Ia mengeluh kepada Allah bahwa ia sangat letih, menderita tekanan darah tinggi dan sakit kepala yang tiada henti, dan ia juga telah lelah berbicara dengan orang. 'Untuk pertama kali dalam hampir empat tahun, saya membuka Alkitab dan membacanya.'
Namun bukan Alkitab yang mengubahnya kepada posisi kharismatik, tetapi lebih karena rasa kekecewaan dan ketidakpuasan dengan kehidupan dan pelayanannya. Mengingat apa yang diceritakan kepada kita mengenai kejatuhan yang amat berat, sebenarnya ada kesempatan baginya untuk menyenangkan Tuhan dalam konteks penginjilan 'tradisional'. Jika kita jatuh, seharusnya kita tidak mencoba memecahkan persoalan kita dengan meninggalkan Firman dan buru-buru lari ke suatu bentuk kultus atau 'isme' untuk memulai sebuah permulaan baru. Namun dalam keputusasaannya, John Wimber memilih solusi eksperimen kharismatik yang radikal.
Sebuah pengaruh yang amat penting atas John Wimber adalah fakta bahwa isterinya telah menjadi seorang kharismatik yang antusias, dan meninggalkannya sendiri. Sebelum bergabung dengan isterinya, isterinya ingin tahu apakah Wimber mau memiliki karunia kesembuhan. Suatu malam, ketika Wimber sedang tidur, isterinya memegang tangannya, dan menaruh tangan suaminya ke atas pundaknya yang kena rematik dan berdoa, 'OK, Tuhan, sekarang lakukanlah!' Suatu gelombang panas tiba-tiba menjalar ke pundaknya dan John Wimber terbangun, tangannya sendiri panas dan terasa gatal. Sejak saat itu isterinya ternyata telah sembuh.
Pengaruh meyakinkan yang mengubah posisi Wimber menjadi kharismatik adalah keyakinannya bahwa Allah mulai berbicara kepadanya dengan memberi perintah secara langsung. Ia berkata: 'Tengah malam saya terbangun: Allah berbicara kepada hati saya. Ia berkata, "John, Aku telah melihat pekerjaan-mu, dan sekarang Aku akan menunjukkan pekerjaan-Ku." '
Suatu hari seorang wanita berkata bahwa ia membawa sebuah perintah dari Allah untuk dirinya, dan ketika ia setuju untuk mendengarkannya, wanita itu hanya bisa menangis, tersedu-sedan selama setengah jam. Akhirnya John Wimber menjadi marah dan berkata, 'Dengar ibu, gembalamu mengatakan bahwa anda membawa firman dari Allah untuk saya - apa-apaan ini?' Wanita tersebut menjawab - 'Itulah!' Dengan kata lain, Allah menangis untuk John Wimber. Wanita itu melanjutkan, 'Allah ingin tahu kapan anda akan menggunakan otoritas-mu.' Wimber memandang wanita itu dengan tak percaya dan mendesak - 'Apa maksudmu?' Namun wanita itu tidak dapat menguraikan makna pesan yang dibawanya, ia hanya bisa berkata, 'Saya tidak memahami pesan itu, saya hanya menyampaikannya!'
Namun, melalui komunikasi langsung Allah dengan dirinya, seperti melalui mimpi, penampakan dan macam-macam komunikasi aneh lain yang baru digambarkan, Wimber menyimpulkan bahwa Allah ingin ia menggunakan otoritasnya untuk mengusir setan dan penyakit dari dalam diri manusia. Ia mengatakan bahwa dalam sembilan belas kesempatan Allah bicara kepadanya melalui 'mimpi, penampakan, nubuatan, bahasa roh dan Alkitab' - Alkitab selalu menjadi urutan terakhir dalam daftar yang sangat penting itu. Sama sekali tak terpikir oleh John Wimber bahwa orang yang membuat pernyataan dogmatik mendapat pesan dari Allah sebenarnya menempatkan diri dalam posisi sebagai Allah. Mereka mendewakan khayalan mereka, sehingga khayalan itu menjadi allah mereka sendiri. Para nabi dan rasul masa lalu secara unik didukung dan diteguhkan oleh Allah, namun mujizat-mujizat besar dan tak terbantahkan apa yang telah dilakukan oleh berbagai 'nabi' yang memberi pesan otoritatif kepada John Wimber?
Demikian pula, ia sedikitpun tidak kuatir dengan 'pesan-pesan' yang langsung diterimanya itu. Ia tak pernah peduli apakah imajinasinya itu terlalu berlebihan. Dari satu masalah ke masalah pokok lainnya, bukan Alkitab yang dijadikan patokan jawaban, namun suara Tuhan yang ada di dalam pikirannya. Suatu ketika John Wimber kebingungan dengan penyembuhan orang lumpuh oleh Tuhan Yesus, namun ia memecahkan masalahnya dengan sungguh-sungguh bertanya kepada Tuhan, dan menerima jawaban langsung dan otoritatif - sehingga mengabaikan perlunya studi atau penjelasan! Ia merasa Allah memberinya jawaban: 'Orang-orang Kristen dipanggil untuk menyembuhkan orang sakit dengan cara yang sama seperti mereka dipanggil untuk menginjil... seperti juga aku memberikan otoritas untuk mengajarkan Injil tentang pengampunan... aku memberikan otoritas untuk menyembuhkan orang sakit.'
Wimber berkata bahwa Allah memerintahkannya untuk mulai mendengarkan suaraNya. Tidak lama kemudian ia memberitahu - 'Aku mulai mendengar suaraNya sepanjang hari.' Suatu kali John Wimber dihadapkan dan tergerak oleh petunjuk ini, hampir setiap khotbah yang diajarkannya adalah mengenai kesembuhan illahi, dan dalam waktu singkat, ia mengatakan, 'Allah bicara kepadaku tentang panggilan altar untuk mendoakan orang sakit setiap selesai khotbah.' Selama berminggu-minggu tak seorangpun disembuhkan dan ia menjadi sangat sedih, dan memutuskan meninggalkan semua masalah kesembuhan. 'Kemudian Allah dengan jelas bicara kepadaku. Ia berkata, "Ajarkan FirmanKu atau keluar."' Ia mulai mempelajari cara Yesus berbicara ketika Ia menyembuhkan. Ia juga membaca buku-buku seperti Healing (Kesembuhan) tulisan Francis MacNutt. (Pater MacNutt adalah seorang imam Katolik, bukan seorang Kristen injili. Buku-bukunya dibagi-bagikan dalam seminar-seminar John Wimber.)
Setelah empat bulan gagal, ia sangat putus asa, sehingga dalam sebuah pertemuan ia menjatuhkan dirinya ke lantai dan menyerukan protesnya kepada Allah dengan berkata, 'Engkau menyuruh kami mengajarkan apa yang dikatakan kitab-kitabMu, tetapi engkau tidak mendukung perbuatan kami. Disini kami; kami sedang melakukan yang terbaik yang kami mampu - dan tidak terjadi apa-apa... ini tidak adil!' Namun pada saat itu ia diundang untuk mengunjungi seorang anggota jemaat yang terbaring di ranjang karena demam berat. Ia sangat terperanjat, ketika ia 'berkomat-kamit sebuah doa tanpa iman' orang itu langsung sembuh. Ia meninggalkan rumah tersebut dengan sukacita besar, penuh luapan kegembiraan dan berseru kepada Allah, 'Kami telah dapatkan satu orang!'
Ia menceritakan bahwa dalam perjalanan pulang - 'Aku tersentak perasaan gembira oleh sebuah penampakan yang luar biasa.' Dalam penampakan ini, ia melihat sebuah awan besar yang berubah menjadi sarang lebah yang meneteskan madu dari langit. Di bawahnya orang beramai-ramai mengumpulkan tetesan tersebut. Kemudian Allah berkata, 'Inilah kasih karuniaKu, John...ada kelimpahan bagi semua orang. Jangan lagi memohonKu untuk kesembuhan. Masalahnya bukan pada tujuanKu, John. Itu tergantung yang di bawah itu.' Penampakan ini mengajarkannya agar beriman untuk menantikan dan memperoleh kesembuhan bagi orang, bukan sekedar meminta dan mengharapkannya.
Para penyembuh berpengaruh seperti Paul Yonggi Cho dan John Wimber, seperti juga pemimpin-pemimpin kharismatik lainnya, mengambil gagasannya melalui pengaruh di luar Alkitab. Mereka kemudian hanya kembali ke Alkitab untuk mendapatkan dukungan bagi gagasan mereka - sebuah teknik yang hampir selalu membawa malapetaka, karena kita tahu betapa mudahnya membaca suatu pandangan yang telah dibentuk sebelumnya ke dalam Alkitab.
John Wimber kini mengejar pelayanan kesembuhan berskala dunia dengan menyelenggarakan kebaktian besar-besaran. Biasanya ia didampingi oleh tim inti yang terdiri dari rekan-rekan pengerja, dan mereka bersama-sama menerima 'kata-kata hikmat' dimana mereka 'melihat' sakit-penyakit berbagai orang yang hadir dalam pertemuan, sebelum mendoakan kesembuhan bagi mereka.[1] Gaya Wimber sangat tidak terhormat, meski hal ini kini menjadi hal yang semakin biasa di dalam gelombang baru para penyembuh kharismatik. Ia 'memanggil Roh Kudus turun' dan mempermainkanNya dengan bahasa yang kurang hormat, tidak sopan, kurang khidmat dan tidak takjub. Banyak orang yang ingin disembuhkan itu dibawa masuk ke dalam suasana terhipnotis tidak sadar, yang dianggap berasal dari kuasa Roh.
Salah satu aspek paling serius (dan menghujat) dari para pengajar seperti Wimber adalah mereka siap dan sengaja mengurangi peran Tuhan Yesus Kristus dengan mati-matian mencari penggalan yang berisi dukungan alkitabiah atas apa yang mereka lakukan. Dalam pertemuan-pertemuan kesembuhannya, Wimber berulang kali menyangkal keillahian Kristus yang benar dan esensial, ketika ia menyatakan pelayanan Kristus sebagai pola bagi pekerjaannya sendiri. Dengan cara yang sangat eksplisit ia menyangkal karakter illahi Tuhan, mengurangi kuasa dan kemuliaanNya dan sebenarnya menurunkan Dia ke dalam level manusia biasa. Menurut Wimber, Kristus tidak memiliki kuasa pribadi untuk membaca pikiran atau mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi.
Alasan mengapa John Wimber (seperti juga dengan para penyembuh kharismatik lainnya) meninggalkan Kristus yang merupakan obyek pengakuan iman historis adalah bahwa ia ingin menjadikan Kristus sebagai contoh, bukan hanya untuk penyembuhan, namun juga untuk tujuan menerima 'kata-kata pengetahuan' - yakni kesan (pengaruh) dan perintah langsung dari Allah. Jelas Kristus yang dikenal dalam tradisi Kekristenan tidak bisa ditegakkan sebagai contoh dalam hal demikian, karena Dia mengetahui segala sesuatu dari segala masa. Ketika Yesus meratapi Yerusalem, Ia mengetahui persis apa yang akan menimpa kota itu pada tahun 70 AD. Ketika Ia berangkat ke sebuah kota, Ia tahu persis apa yang akan terjadi jika Ia tiba disitu. Ia tahu siapa yang akan disembuhkan, dan siapa yang akan percaya kepadaNya. Karena karakter keillahianNya, Kristus tidak memerlukan 'kata-kata pengetahuan', jadi Ia tidak bisa digembar-gemborkan sebagai pola atau contoh untuk hal-hal demikian.
Namun, Wimber mengosongkan sifat-sifat keillahian Tuhan Yesus Kristus - terutama pengetahuanNya atas hal-hal yang akan terjadi (foreknowledge) - sehingga membuatNya sangat tergantung kepada Bapa, baik untuk mendapatkan informasi maupun perintah yang berkenaan dengan pekerjaanNya hari demi hari. Wimber mengatakan bahwa lama sekali ia tidak memahami kenapa Yesus tidak menyembuhkan seorangpun yang menunggu di kolam Bethesda, namun, katanya, Allah tiba-tiba memberikan kunci kepadanya untuk memahami kata-kata tertentu Kristus. Ia menyatakan, 'Ketika suatu hari saya sedang membaca Injil Yohanes, Tuhan berbicara kepada saya melalui teks yang mengatakan, "Aku hanya melakukan apa yang Aku lihat Bapa lakukan." Jika Yesus hanya melakukan apa yang Ia lihat Bapa lakukan, itu berarti Ia tidak pernah mengambil inisiatif. Ia selalu bergerak di bawah pengurapan, dipimpin dan dituntun oleh Bapa. Ia hanya melakukan perintah Bapa ... Ia selalu di bawah kendali Bapa ... Apa saja yang dilakukanNya, Ia melakukannya persis seperti petunjuk dan pimpinan yang Bapa berikan kepadaNya.'[2]
John Wimber terus-menerus menekankan keillahian Yesus yang 'terbatas' ini sambil berusaha keras membuatNya menjadi seorang pribadi yang dapat dijadikan contoh pembenaran di dalam segala hal, termasuk menerima intuisi (gerak hati) dari Allah, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kesembuhan. Jika Yesus dapat diturunkan tingkatannya menjadi sekedar manusia biasa, maka jelas kita sepenuhnya dapat menggunakan metode-metode rohaniNya, sehingga kita dapat juga melakukan hal-hal yang serupa.
Wimber sering menonjolkan perikop Yesus bertemu dengan Zakheus di dalam Lukas 19, terutama tentang Yesus melihat ke atas pohon ara dan memanggil nama Zakheus.[3] Ia bertanya, 'Bagaimana Ia bisa tahu nama Zakheus? Mungkin kita akan mengatakan - "Ya, Ia itu Yesus! Ia adalah Anak Allah." Tetapi saya ingin anda memperhatikan bahwa orang yang sama yang mengetahui nama Zakheus ini tidak mengetahui sudah berapa lama anak yang kerasukan roh jahat itu berada dalam keadaan tersebut. Pribadi sama yang mengetahui sesuatu itu tidak setiap saat maha tahu. Yesus bekerja dengan sifat keillahian sekaligus kemanusiaanNya dan dari waktu ke waktu pengetahuanNya terbatas, karena Yesus bekerja di dalam Roh, dari Roh dan oleh karunia-karunia Roh. Saya percaya apa yang kita lihat ini [memanggil nama Zakheus] merupakan sebuah karunia Roh. Yesus melihat ke atas dan berkata, "Hmm, siapakah orang itu?" Dan Bapa berkata, "Itu adalah Zakheus. Suruh ia turun!"' Menurut John Wimber, Yesus diharuskan bekerja dengan Roh seperti juga kita, dan Ia menjadi contoh sempurna tentang penerimaan intuisi illahi dan 'kata-kata pengetahuan'. Yesus tidak bisa mengetahui dan melakukan sesuatu tanpa penerangan dan dorongan yang diberikan oleh Bapa kepadanya, melalui Roh.
Masa kini, kata Wimber, kita harus hidup dan berjalan dalam hubungan dengan Tuhan yang identik ini. Sebagai contoh, misalnya ketika kita memasuki sebuah restoran atau pesawat udara, kita harus siap untuk menerima pengetahuan mengenai orang-orang yang sama sekali belum kita kenal. Jika kita berjalan
seperti Yesus, tiba-tiba kita akan mengetahui dosa seseorang, atau penyakit yang lain, dan Tuhan akan menyuruh kita bersaksi kepada yang satu, dan menyembuhkan yang lainnya. Pengajaran dan buku John Wimber penuh dengan anekdot yang menyatakan pengalaman-pengalaman demikian. Jadilah sama seperti Kristus - dorongnya! Dengan menggunakan rahasia rohaniNya yang disebut kata-kata pengetahuan dan pengertian dari Roh Kudus, maka anda akan mengerjakan pekerjaan yang sama seperti yang dikerjakanNya. Jadikanlah Kristus sebagai model dalam hal-hal tersebut. Segala sesuatu yang dapat dilakukanNya, kita juga harus melakukannya. Bagaimanapun juga, Kristus begitu terbatas karena sifat kemanusiaanNya, sehingga Ia tidak jauh berbeda dengan kita. Karena itu jika Ia, dengan pertolongan Roh, menyembuhkan dengan satu kata saja, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama?
Dengan menurunkan kuasa illahi yang unik dan kemuliaan Kristus, John Wimber menyeret pekerjaan luar biasa Tuhan kepada level tingkatan kegagalan-tinggi kesembuhan psikologisnya. Jelas ia tidak tahu bahwa Kristus menyelesaikan segala sesuatu dengan lebih baik dibandingkan 'hasil kerja' lemah yang dinyatakan oleh para penyembah masa kini.
Wimber bahkan membenarkan kegagalannya dalam menyembuhkan dengan menegaskan bahwa Yesus juga mempunyai masalah yang sama! Ia melakukan penilaian yang menghujat terhadap penyembuhan Kristus atas seorang buta (Markus 8: 22-25). Wimber berkata bahwa Tuhan mengadakan penyembuhan ini dalam dua tahap, karena Ia gagal pada usaha yang pertama.[4]
Semua ini, tentu saja, adalah sebuah penyangkalan terang-terangan terhadap keunikan inkarnasi Anak Allah. John Wimber yang menafsir perikop tersebut dengan berbagai silat lidah dan ucapan yang menghina, sejak awal tidak memenuhi kriteria orthodoksi Kristen dan benar-benar menempatkan dirinya di luar jalur-utama Kekristenan dan berada di dalam kultus, yang dengan suatu cara dan cara lainnya telah menurunkan keillahian Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus.
Adalah prinsip dasar bagi iman Kristen yang alkitabiah bahwa sifat illahi Kristus menyatu sedemikian rupa di dalam sifat kemanusiaanNya, sehingga baik sifat manusia maupun sifat illahiNya, tidak boleh ada yang diubah, dikurangi, atau dikompromikan dengan cara apapun. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Kristus adalah - gambar Allah yang tidak kelihatan... Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia... sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan... Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan Keallahan (Kol. 1: 15 dan 19; 2: 3 dan 9). Mengingat ayat-ayat yang demikian kuat ini, bagaimana mungkin ada orang yang mempertahankan dan mengajarkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh Kristus itu terbatas, sehingga Ia tergantung kepada pribadi-pribadi Tritunggal lainnya untuk mendapat keterangan dan petunjuk?
Tak terhitung pengajar kharismatik - dan terutama Wimber - yang telah menjadi musuh doktrin iman kita yang terpenting, bahwa inkarnasi Anak Allah, Juruselamat kita, merupakan - cahaya kemuliaan Allah [Bapa]dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan (Ibrani 1: 3). Mereka menyangkal (sebagai akibatnya) bahwa - Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (Yoh. 1: 14). Mereka menolak untuk percaya bahwa Kristus adalah penjelmaan segala pengetahuan dan hikmat Allah, yang tidak memerlukan dorongan dan pengetahuan dari luar diriNya. Mereka menolak kemuliaan dan sifat-sifat illahi Kristus.
Ketika Kristus berkata bahwa Ia tidak berbuat apa-apa dari diriNya sendiri, namun berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaNya (Yoh. 8: 28). Ia menekankan fakta bahwa Ia adalah Allah dan Ia bertindak sebagai salah satu pribadi Tritunggal yang kekal. Ia juga meminta perhatian tentang keharmonisan dan kesatuan kekal yang ada di antara Bapa dan Anak. Ia tidak mengatakan bahwa Ia tidak punya pengetahuan, karena Ia sendiri adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia! Ia mengetahui segala sesuatu, dan dengan kuasa yang melekat di dalam diriNya sendiri, kapan saja Ia dapat membaca pikiran orang-orang yang ada di sekitarnya. Murid-murid menyadari hal tersebut ketika mereka berseru - Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepadaMu (Yoh. 16: 30). Mereka mendapatkan bahwa Ia mengetahui rasa ingin tahu mereka, bahkan sebelum mereka bertanya. Yoh. 6: 64 menegaskan bahwa Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Petrus berbicara tentang kuasa Kristus dan menyatakan bahwa ia dan rasul-rasul lainnya adalah - saksi mata dari kebesaranNya (2 Ptr. 1: 16) - yang secara literal berarti kehebatan, kekuatan besar, atau kuasa yang maha besar.
Kita bertanya - Berapa banyak orang Kristen muda yang telah terjangkit oleh theologi Wimber yang tidak terhormat dan menghujat dengan kesesatan dan pandangan yang merendahkan Kristus itu? Berapa banyak orang percaya sejati yang telah kehilangan konsep mengenai kuasa, kehormatan dan keagungan Kristus? Hanya ada satu Pribadi di dalam sejarah dunia yang memiliki hal-hal yang tercatat mengenai Dia, dan Pribadi itu adalah Kristus:
Ia bisa menyembuhkan orang kusta;
Mengenyangkan ribuan orang sekaligus;
Angin ribut dan gelombang dikendalikanNya;
Dengan satu kata Ia membangkitkan orang mati.
Kesempurnaan doktrin keillahian Kristus yang sangat mendasar dan sangat penting inidilukiskan oleh penulis besar puji-pujian, Josiah Conder:
Thou art the everlasting Word [Engkau adalah Firman yang kekal],
The Father's only Son [Anak tunggal Bapa];
God manifestly seen and heard [Yang dilihat dan didengarkan Allah],
And Heaven's beloved One [Dan Yang kekasih Surgawi]:
In Thee most perfectly expressed [Di dalam diriMu dinyatakan kesempurnaan tertinggi]
The Father's glories shine [kesemarakan kemuliaan Bapa];
Of the full Deity possessed [Kepenuhan milik Illahi],
Eternally divine [Dari Allah yang kekal]:
True image of the Infinite [Gambar sejati dari Yang Maha Kuasa],
Whose essence is concealed [Yang di dalamnya tersembunyi];
Brightness of uncreated light [Kecemerlangan terang yang tak terungkapkan];
The heart of God revealed [ Disitulah kehendak Allah dinyatakan]
Sebagai manusia yang telah ditebus, kita dipanggil untuk setia sampai mati kepada keillahian Kristus yang mulia. Karena itu kita terpaksa harus memperingatkan jemaat-jemaat Tuhan untuk menghindari para pengajar yang tanpa malu menyerang keunikan Juruselamat kita yang tiada duanya. Kami berpendapat bahwa pengajaran John Wimber adalah anti-Kristen karena pelecehannya terhadap Kristus, menghina dan mencampakkan keillahian dan kemuliaanNya agar bisa memperkenalkan Dia sebagai contoh 'manusiawi' untuk teknik kesembuhan yang dapat ditiru pada zaman kita ini.>
[1]Lihat deskripsi kampanye kesembuhan Wimber yang digambarkan dalam Bab 11 - Pandangan Medis Terhadap Kesembuhan Mujizat oleh Prof. Verna Wright.
[2]Kutipan diambil dari rekaman kaset 'resmi' dalam kebaktian kesembuhan "Signs and Wonders" ("Tanda- tanda dan Mujizat"). Kaset 1984/8164, No. 5, dikeluarkan oleh Vineyard Fellowship International, California, Amerika Serikat.
[3]Kaset "Signs and Wonders" 1984/8164, No. 2, dikeluarkan oleh Vineyard Fellowship International.
[4]Kaset "Signs and Wonders" 1984/8167, No. 5, dikeluarkan oleh Vineyard Fellowship International.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar