Selasa, 25 November 2008

Bangkit dari Keterpurukan


Bangkit dari keterpurukan




Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh. Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka. Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya, lalu berkata: "Juga orang ini bersama-sama dengan Dia." Tetapi Petrus menyangkal, katanya: "Bukan, aku tidak kenal Dia!" Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata: "Engkau juga seorang dari mereka!" Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak!" Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata dengan tegas: "Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia juga orang Galilea." Tetapi Petrus berkata: "Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan." Seketika itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka berpalinglah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Luk 22:54-62



Mengapa orang seperti Petrus, rasul yang dipakai oleh Tuhan dengan sangat luar biasa, dapat mengalami iman yang sedemikian terpuruk? Petrus yang berkata: Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau! (Luk 22:33), tetapi mengapa masih tetap dapat menyangkal Tuhan? Biar dia seorang rasul atau pengkhotbah besar atau penginjil, dia masih tetap manusia. Benarlah perkataan dalam Rm 3:10: Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Petrus memang melakukan kesalahan, namun dia tidak tetap dalam kesalahannya itu, melainkan dia bangkit dari kesalahannya. Kita melihat minimal ada 3 hal yang menyebabkan dia dapat bangkit kembali.


Pertama, Petrus ingat akan perkataan Tuhan Yesus (ayat 60-61). Petrus menyangkal Tuhan Yesus sebanyak 3 kali. Pada saat itu, ia lupa akan perkataan Tuhan. Pada saat dia menyangkal Tuhan ketiga kalinya dan Tuhan menatapnya, Ia sadar bahwa ia telah jatuh di titik terendah dalam imannya. Ia telah salah. Namun ketika itu juga, ia ingat akan perkataan Tuhan Yesus. Inilah titik balik dari imannya. Ia memang jatuh di titik terendah, namun dia tidak membiarkan dirinya tetap di dalam titik itu, dia berbalik. Demikian juga dengan kita. Pada saat kita melakukan dosa, kita lupa akan Firman Tuhan. Namun kita harus sama seperti Petrus, kita tidak boleh tinggal di dalam keterpurukan kita, kita harus bangkit, kita harus ingat kembali Firman Tuhan. Dalam II Tim 3:16, Firman Tuhan berfungsi untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik orang.


Kita harus senantiasa mengingat Firman Tuhan (Mzm 119:11) karena itulah yang menjaga kita agar kita tidak berbuat salah. Apa yang membuat Petrus ingat akan perkataan Tuhan Yesus? Yaitu ketika Yesus menatapnya dan melihat hatinya yang paling dalam. Ketika itu, Petrus tahu bahwa dia telah salah. Dia merasa bahwa dia adalah orang hina yang penuh dengan dosa. Penulis jadi teringat akan syair-syair lagu Sekolah Minggu: "Mata Tuhan melihat apa yang kita perbuat, apa yang baik maupun yang jahat. Oleh sebab itulah jangan berbuat jahat. Ingat! Tuhan melihat!" Allah kita memantau kita di mana pun anda berada dan Dia sekarang sedang menatap anda dan melihat hatimu yang paling dalam, apakah anda sadar akan dosa-dosa anda? Maukah anda seperti Petrus yang tersungkur di depan kaki Yesus?


Kedua, dia menyesal. Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya (ayat 62). Ini adalah ciri-ciri orang yang menyesali kesalahan-kesalahannya. Ia sadar bahwa ia telah melakukan dosa, dia menyesal dan bertobat. Jika kita menyesal tanpa bertobat maka kita akan menjadi seperti Yudas Iskariot. Yudas memang menyesal setelah menjual Yesus dengan harga 30 keping perak. Ia ingin mengembalikan uang itu dan membatalkan transaksi tetapi ditolak oleh para imam. Ia kemudian keluar dan gantung diri. Sungguh tragis, Yudas hanya menyesal tetapi dia tidak bertobat. Jika dia bertobat, dia tidak mungkin melakukan hal yang seperti itu.


Ketiga, setelah itu dia menguatkan saudara-saudaranya (Luk 22:32). Kata 'kuatkanlah' dalam bahasa Yunani strizon yang bisa juga berarti membuat berdiri teguh. Petrus memang pernah jatuh dan dia telah bangkit lagi. Namun semua usahanya tidak sampai di sana, Tuhan menyuruhnya untuk menguatkan saudara-saudaranya yang lain setelah dia mengalami kejatuhan. Biasanya seseorang yang telah jatuh dalam dosa tertentu dan dia dapat bangkit lagi, dia akan semakin dewasa dan memberitahukan teman seiman untuk tidak mengulangi dosa yang sama. Dan menurut catatan, dia adalah seorang rasul terkemuka di antara rasul yang lainnya. Demikian juga dengan kita, kita mungkin pernah jatuh ke dalam dosa dan kita berhasil bangkit dari kesalahan kita, namun Allah tidak menyuruh kita untuk berhenti sampai di sana, Tuhan menyuruh kita untuk menguatkan saudara-saudara kita yang lainnya. Memang kadang-kadang Tuhan pakai kejatuhan kita untuk dijadikan batu loncatan agar kita dapat bertumbuh.


Maukah anda menjadi seorang "Petrus" yang berani mengakui dirinya telah berbuat salah, memandang kepada Yesus yang tahu isi hati kita, menyesali dosa kita, bertobat dari dosa-dosa kita dan setelah itu kita menguatkan saudara-saudara kita yang lainnya?

Tidak ada komentar:

Supported By

Share Link

IFB KJV Directory