Selasa, 25 November 2008

Turki: Ercan Sengul

Turki: Ercan Sengul




Ketika Ercan Sengul menyerahkan hidupnya kepada Tuhan di negara Islam, Turki, beberapa menganggapnya sepertinya mengkhianati warisan dan negaranya. Ketika dia berkata bahwa dia akan melakukan apa pun demi Allah, dia benar-benar serius. Tetapi bagaimana sekarang?



Ercan duduk dalam sel penjara yang lembab dan gelap, dikelilingi oleh orang-orang yang satu sel dengannya. Dia ditangkap oleh polisi setempat yang berkata bahwa dia telah 'menghina Islam' dengan membagikan buku-buku dari sebuah percetakan Kristen.


Ercan berseru kepada Allah, meminta pertolongan. Dia tahu bahwa dia tidak bersalah dan tidak seharusnya dia berada di sini. "Kamu berkata bahwa kamu akan melakukan apa pun untukku," Allah berbisik di dalam hati Ercan. "Benarkah itu?"


Tersungkur dihadapan Allah, Ercan menangis dan beribadah. Dia memberitahu di dalam hatinya, "Saya benar-benar serius." Ercan mulai berkhotbah 3 jam setiap hari di penjara. Dia belajar bahwa Allah mengizinkannya dipenjarakan untuk memberikannya sebuah lading misi yang baru! Ercan berada di penjara selama 30 hari sampai saksi-saksi mengakui bahwa polisi memaksa mereka untuk menandatangani pernyataan, dan hakim menemukan tidak adanya bukti-bukti kejahatan.


Penangkapan tersebut telah memperluas kesaksian Ercan. Sejak pelepasannya banyak yang dulu adalah teman se-selnya telah mengunjungi gerejanya, menanyakan dia tentang Allah yang telah memberinya kedamaian dalam penjara. Ercan masih membagikan buku-buku Kristen dengan sukacita, karena ia tahu ia bisa saja ditangkap.




Kebanyakan orang Kristen mengakui bahwa penderitaan bukanlah yang dipikirkannya ketika merelakan diri dipakai oleh Tuhan. Tentu kita ingin hidup sesuai iman kita - tapi tidak sampai dianiaya. Kita mengerutu ketika tidak dipromosikan di tempat kerja atau dikucilkan dalam kegiatan-kegiatan sosial. Kita merasa dilecehkan. Dicurangi. Dirampok. Namun kita harus rela mencari Allah di dalam doa di tengah-tengah keputusasaan kita. Dan saat kita melakukannya, kita mendapatkan bahwa doa mengubah cara pandang kita. Kita mulai melihat kesempatan untuk bertumbuh. Kita menerima pengharapan. Kita menemukan janji di antara penderitaan. Akhirnya kita mulai menyadari bahwa situasi kita, betapa pun tidak adilnya, adalah bagian dari rencana Allah. Ketika kita berdoa meminta perspektif Allah dalam penganiayaan, kita menerima keberanian untuk taat berapa pun harganya.

Tidak ada komentar:

Supported By

Share Link

IFB KJV Directory