Selasa, 11 November 2008

Dari Bermimpi Menjadi ‘Konglomelarat’ Akhirnya Malah Jadi Manusia Gua

Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. –Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. –Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN.
Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan di pegunungan, sebab ia tidak berani tinggal di Zoar, maka diamlah ia dalam suatu gua beserta kedua anaknya. Kej 13 : 10-13; 19:30

Lot adalah salah satu keponakan Abraham yang dibawa keluar dari Ur-Kasdim. Abraham beserta ayah dan istrinya, Sarai, dan juga Lot keluar dari Ur-Kasdim. Dari Ur-Kasdim kemudian mereka menetap di Haran, dan itu adalah tempat dimana ayahnya meninggal. Seiring berjalannya waktu, akhirnya Abram dan Lot pindah ke tanah Kanaan. Abram dan Lot bertambah kaya dan negeri itu sudah tidak cukup luas lagi untuk mereka berdua. Ketika terjadi percekcokan antara karyawan-karyawan Lot dan Abram, Abram sadar bahwa lebih baik mereka berpisah. Abraham yang lebih dewasa tahu bahwa lama kelamaan bukan hanya karyawan mereka saja yang bertengkar tetapi mereka berdua juga bisa bertengkar. Sifat manusia memang begitu, manusia akan membela segala sesuatu yang merupakan kepunyaannya. Abram sudah memperhitungkan itu baik-baik. Jika perpisahan adalah jalan keluarnya agar mereka dapat bertemu lagi dan tetap memiliki hubungan yang baik dan bahkan kalau berpisah malah jadi makin rindu, maka Abram berpikir itu lebih baik.

Namun mengapa dari seorang yang bermimpi menjadi konglomerat malah bisa berakhir di gua? Ini adalah catatan sejrah yang sangat tragis dari kehidupan seseorang, dari seorang yang cukup banyak karyawan dan harta dan bahkan bermimpi menjadi seorang yang kaya raya tapi akhirnya dia harus tinggal di dalam gua, rumah pun tidak punya.

Pertama, Lot melupakan aturan dalam mengejar kesuksesan. Lot saking tamaknya sehingga melupakan segala jenis aturan. Abraham yang telah membawa dia keluar dari Ur-Kasdim dan tentu saja umurAbraham jauh lebih tua dari Lot. Mestinya Lot merendahkan hati pada saat ditawari oleh Abraham untuk menentukan tempat terlebih dahulu. Lot sewajarnya mengalah kepada Abraham. Tapi Lot tidak melakukannya. Ketika Abraham memberikan tawaran itu, Lot langsung melayangkan pandangnya. Dia melihat tepi sungai Yordan yang sangat subur. Lot hanya berpikiran masalah uang dan keuntungan sehingga semua tata krama atau sopan santun ditabraknya. Tidak baik bagi orang Kristen untuk berlaku seperti itu.

Mungkin Lot ini adalah orang pintar. Namun orang pintar tidak selalu berhasil, mengapa? Karena di dalam dunia ini kita hidup dengan orang lain. Oleh sebab itu, di dalam dunia psikologi selain kita harus mempunyai IQ yang tinggi kita juga harus mempunyai EQ (Emotional Quantity). Ada orang yang pintar sekali tapi tidak pintar bergaul, anda kira dia akan sukses? Itu tidak mungkin akan berhasil. Kita di dunia ini tidak tinggal sendirian, kita tidak hidup dengan mesin dan terus berhubungan dengan komputer. Kita akan keluar dan berinteraksi dengan banyak orang. Justru di dunia ini orang yang berhasil adalah orang yang sangat pintar dalam bergaul dan orang yang sangat sopan. Kepintaran bergaul adalah satu modal yang luar biasa sekali. Anda dapat hidup melayani Tuhan dengan baik, itu tidak 100% tergantung kepada otak kita. Orang yang berhasil adalah orang-orang yang tidak segan menghormati orang lain dan tahu tata krama. Lot tidak mempunyai kapasitas itu, Lot mungkin pintar, ia menghitung-hitung untung ruginya, ia tahu bahwa pertanian butuh air yang cukup banyak, ia tahu bahwa tempat yang subur secara perdagangan pasti baik. Tapi dalam soal tata krama atau sopan santun dan bersikap rendah hati kepada orang lain, dia tidak memilikinya.

Kedua, Lot berani membahayakan diri dan keluarganya dalam mengejar kesuksesan. Gara-gara ingin mendapatkan untung, dia berani nyerempet bahaya. Dia betul-betul berani ambil resiko. Dia tinggal dekat orang-orang jahat. Dia tidak memikirkan nasib keluarganya. Lot akhirnya berbaur dengan orang-orang jahat. Lot mungkin agak sedikit sulit untuk dibuat lebih jahat lagi karena dia sudah cukup tua. Tapi bagaimana dengan nasib anak-anaknya? Disinilah letak kesalahannya. Setiap hari pastilah anak-anak Lot melihat kelakuan orang-orang Sodom. Mereka berbuat jahat, kurang ajar, tidak ada sopan santun dan kasar satu dengan yang lainnya. Wanita suka wanita, pria suka pria. Lot kelihatannya gagal mengajar anak-anaknya. Kalau Lot ingin tinggal dekat kota Sodom dan Gomora, dia harus menyediakan waktu ekstra untuk mengajar anak-anaknya, memberikan perhatian ekstra supaya anak-anaknya jangan terpengaruh dengan orang Sodom melainkan mempengaruhi orang Sodom. Sebenarnya kalau Lot berjuang untuk itu, mungkin ada efeknya. Mungkin tidak akan sampai kejadian yagn tercatat dalam Alkitab yaitu tidak ada 10 orang benar di kota Sodom. Itu artinya kesaksian Lot redup dan pelitanya tidak bersinar terang. Lot mungkin malu bersaksi. Dia merasa tidak perlu menghakimi mereka. Kalau kita mau kategorikan, Lot ini termasuk dalam kelompok Injili. Secara moral, mereka semakin menurun dan pengaruhnya besar sekali terhadap anak-anaknya.

Ada gereja yang berprinsip bahwa cara berpakaian tidak ada hubungannya dengan masalah kerohanian. Betulkah itu tidak ada hubungannya? Apakah orang Kristen harus dress-up (makin rapi) atau dress-down (makin selebor)? Kalau kita makin hari makin selebor maka suatu hari di gereja jemaat akan datang menggunakan pakaian yang konyol-konyol. Bayangkan kalau seorang pemudi di gereja kita memakai teng top, bagaimana reaksi semua pemuda di gereja itu? Mereka tidak bisa berkonsentrasi mendengarkan khotbah dengan baik.

Jadi bagaimana kita menanggapi hal ini? Bagi mereka yang berada di luar Fundamentalis, mungkin tidak akan pusing dengan hal ini. Namun gereja yang alkitabiah akan mengajarkan bahwa ada hubungan yang erat antara cara berpakaian dan kehidupan rohani kita. Gereja yang benar menekankan hidup yang benar di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus terus berpegang teguh pada Firman Tuhan. Jika dalam suatu gereja seorang pengkhotbah atau pemimpin nyanyi memakai jas namun jemaat memakai kaos oblong, itu tidak matching. Jika seorang pengkhotbah menggunakan jas, itu berarti dia menghormati jemaat. Kita ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa kita berkumpul di sini untuk mengadakan kebaktian dan memuliakan nama Tuhan.

Lot tidak terpikir sedikit pun hal yang demikian. Lot membiarkan ankanya memandang kota Sodom dan bergaul dengan mereka. Dr. Bell pernah berkata, “Kota Sodom dan Gomora itu adalah kota yang jahat. Dan sekarang orang Kristen memiliki jendela untuk melihat ke arah kota Sodom.” Jendela ini sekarang bervariasi, ada yang ukurannya 14", 17" atau 21". Dulu lebih cembung tapi sekarang sudah ada yang flat. Anak-anak kita dapat melihat tingkah laku orang dan mendengar cerita dongeng nenek tua. Itu memang teknologi. Kita tidak berusaha menjadi kelompok AMIS yang ada di Amerika. AMIS adalah kelompok Anabaptis yang super-ekstrim, mereka menolak menggunakan telepon, listrik, mobil. Salah satu contoh alat transportasi mereka adalah kuda.

Kita tidak melarang orang untuk memanfaatkan teknologi, itu bahkan bisa digunakan untuk melayani Tuhan. Misalnya, kita menggunakan komputer untuk membuat buku rohani, warta, buletin pedang roh, dll. Namun terkadang ada sisi negatif dari teknologi itu. Kita juga bisa menggunakan televisi sebagai sarana informasi dan pendidikan. Kita bisa dengan cepat mengetahui situasi dunia lewat TV dan kita bisa belajar bahasa asing juga di sana.

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Flp 4:8.

Tuhan mau kita memikirkan semua hal di atas. Allah memberikan kepada kita parabola super mini (telinga) dan kamera super mini (mata). Bagaimana kita dapat memikirkan hal-hal itu jika keseharian kita mendengar dan melihat hal-hal yang tidak beres? Oleh sebab itu, apa yang anda dengar dan lihat akan direkam ke dalam otak kita dan itu akan mempengaruhi hidup kita.
Oleh sebab itu, jika anda ingin hidup kudus arahkanlah pikiranmu ke hal-hal yang positif. Itu berarti dua alat yang diberikan Allah ini harus melihat atau mendengar hal-hal yang positif.

Hari ini kondisi dunia ini tidak kalah hebatnya dengan kondisi kota Sodom dan Gomora saat itu. Ada berapa banyak orang benar di tempat anda sekolah atau bekerja? Kalau di tempat anda sekolah atau bekerja tidak ada 10 orang benar di dalamnya, posisi anda sama dengan posisi Lot saat itu. Oleh sebab itu, kita lebih harus kuat dari Lot, kita harus memiliki tekad yang lebih, mengamankan anak-anak kita. Jadilah orang yang berpendirian teguh! Orang yang memiliki pendirian yang teguh bukanlah orang yang mengikuti orang lain tapi orang yang berusaha supaya orang lain yang justru mencontoh dia. Bisa jadi dalam tempat kerja, hanya anda sendiri yang adalah orang benar. Bisakah anda tetap berdiri teguh dalam hal-hal bersifat prinsip?

Kita melihat akhir hidup Lot yang kacau. Pikiran anaknya dipenuhi pikiran yang kotor. Karena setiap hari melihat dan mendengar hal-hal yang negatif akhirnya anak Lot menjadi rusak. Kalau kita membiarkan seorang anak terhanyut oleh dunia ini dan menunggu arus dunia ini sudah akan menyeretnya kita baru akan menolongnya, itu sudah terlambat. Bukankah lebih baik kita memperingatkan dia terlebih dahulu sebelum dia terhanyut dalam dunia ini? Kita harus memperingatkan anak-anak kita sejak dari kecil.

Apa yang tercatat ini adalah pelajaran bagi kita supaya kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan oleh Lot. Kita lebih baik dari Lot, di tangan kita ada Firman Tuhan tetapi dia tidak.

Tidak ada komentar:

Supported By

Share Link

IFB KJV Directory