Selasa, 25 November 2008

Perjalanan Hidup Seorang yang Berkenan di Hati Tuhan


Perjalanan Hidup Seorang yang Berkenan di Hati Tuhan



Kata Samuel kepada Saul: "Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu."


I Sam 13:13-14




daud.jpg


Daud merupakan salah satu dari sekian banyak tokoh Alkitab yang sangat terkenal, dari anak Sekolah Minggu hingga orang dewasa tahu siapa itu Daud. Dia adalah raja kedua Israel sesudah Saul. Dia pernah mengalahkan Goliat. Daud adalah tokoh yang paling panjang kisahnya dalam Alkitab (hampir 2 kitab: I Sam 16-II Sam 24 dan beberapa pasal di awal kitab I Raj dan sebagian kitab Mazmur adalah hasil karyanya). Kisah hidupnya dibeberkan dan diperlihatkan kepada kita. Dan Tuhan sepertinya ingin berkata kepada kita, "Inilah orang yang berkenan kepada-Ku. Dialah orang yang melaksanakan perintah-Ku dengan tulus dan rendah hati."


Daud memang adalah orang yang berkenan di hadapan Tuhan namun itu tidak berarti hidupnya selalu rata dan tidak ada rintangan. Bahkan kesulitan hidupnya yang paling besar muncul setelah dia diurapi sebagai raja, tepatnya saat Tuhan mengucapkan kata-kata di samping. Dia harus menjadi buronan raja selama bertahun-tahun. Dia harus hidup dengan menggembara dan tak menentu hidupnya. Sesudah menjadi raja pun dia harus mengalami beberapa pemberontakan. Namun dia tidak menjadi putus asa dan meninggalkan Tuhan, malah sebaliknya dia melihat semua kejadian itu adalah supaya dia makin dekat kepada Tuhan, supaya dia makin bergantung dan bersandar kepada-Nya. Terkadang Tuhan mengizinkan kesulitan menghampiri hidup kita, rasanya tidak ada jalan keluar dari masalah itu, namun itu sebenarnya Tuhan izinkan agar kita tidak bersandar pada kemampuan kita saja tetapi lebih bersandar kepada-Nya. Di balik kehebatan Daud ada seorang yang menopangnya yaitu Tuhan. Jika dia mengalami suatu masalah dia selalu berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan. Itu terlihat dari curahan hatinya yang tertuang dalam kitab Mazmur yang sebagian besar ditulis olehnya.



Saat Daud diurapi, semua orang mungkin tidak akan menyangka dia yang dipilih oleh Tuhan untuk menjadi raja. Dari segi umur dan tubuh, saudara-saudara Daud lebih besar dari Daud. Namun Tuhan berkata: "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati" (I Sam 16 : 7b).


Tuhan juga tidak melihat keadaan tubuh kita melainkan hati kita. Tuhan sayang semua orang, baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang muda maupun tua, baik yang cacat fisik maupun yang sehat. Tuhan melihat hati kita. Tuhan hanya melihat ketulusan hati kita. Daud mungkin saat itu masih seperti anak-anak yang belum bisa berperang dan memimpin rakyat namun Tuhan melihat hatinya begitu ingin melayani-Nya dan menurut Tuhan itulah modal utama dalam melayani Tuhan. Demikian juga kita, mungkin tampak luar kita tidak hebat tetapi jika kita memiliki hati untuk melayani Tuhan dan kita mau bersandar pada-Nya selalu niscaya Tuhan akan membentuk kita seperti Dia membentuk Daud sedemikian rupa sehingga dia dapat menjadi raja yang sangat berhasil di mata Tuhan maupun di mata rakyat.



Sejak Daud diurapi, kehidupan Daud tidak sama seperti dulu lagi. Dia bahkan tidak menjalani kehidupan yang penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Dia harus menjadi bahan amarah Saul. Namun dia menyadari bahwa semuanya ini Tuhan izinkan dalam hidupnya untuk suatu tujuan. Allah membentuknya agar Daud dapat menjadi raja yang mengasihi-Nya dan tentunya mengasihi rakyatnya. Setidaknya ada 3 aspek yang Tuhan ingin bentuk dari diri Daud dan juga dalam diri kita.





Aspek penyerahan diri



Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;



Mzm 37:5



Daud menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Bahkan melalui mazmurnya ini dia ingin mengajak para pembaca untuk menyerahkan hidup mereka juga kepada Tuhan. Kata-kata ini bukan diucapkan oleh orang yang hidup penuh dengan kemewahan dan kelimpahan di istana, melainkan orang yang pernah mengalami pahit getirnya hidup di bawah bayang-bayang maut. Saat dia dikejar-kejar, banyak orang yang berpihak kepada Saul ingin menyerahkannya dan itu membuat Daud ketakutan. Dalam ketakutannya itulah dia bersandar kepada Tuhan dan berdoa. Setiap Saul ingin membunuh Daud Tuhan selalu menggagalkan rencananya.


Patutlah Daud dikatakan sebagai orang yang berkenan di hati Allah. Jika kita ingin berkenan kepada Allah, ikutilah teladan Daud dalam aspek penyerahan diri ini. Dia tidak takut akan tuntunan Tuhan. Bahkan dia berkata dalam Mzm 23, "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. ... Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." Yang Daud yakini hanyalah segala jalan hidupnya menjadi berarti jika ia bersama Tuhan.




Aspek ketaatan



Daud pernah dua kali memiliki kesempatan untuk membunuh raja Saul. Alasan Daud tidak membunuh Saul karena Saul adalah orang yang diurapi Tuhan. Dia lebih memilih menunggu waktu Tuhan daripada melakukan semuanya memakai kekuatannya sendiri. Tuhan yang telah mengurapinya menjadi raja maka Tuhan sendirilah yang akan mengangkatnya menjadi raja menggantikan Saul.


Berbeda dengan Abraham, Abraham tidak menunggu waktu Tuhan dan hasilnya adalah permusuhan abadi antara keturunan Ismael dan Ishak. Daud tidak segegabah Abraham, dia tidak ingin menghasilkan efek yang negatif dari langkah yang dia ambil sendiri tanpa penyertaan Tuhan.


Betapa teladan yang Daud berikan kepada kita. Kita terkadang tidak sabar menunggu waktu Tuhan yang pastinya adalah waktu yang tepat dan terbaik, dan kita lebih memilih untuk melakukannya sendiri.




Aspek tanggung jawab



Daud dituntut memiliki tanggung jawab yang besar jika nanti dia sudah menjadi raja. Tuhan berikan dia pengalaman yang berharga yang mungkin tak akan dia lupakan sepanjang hidupnya. Dia menggembara bersama 400 orang yang mengalami kesusahan, memiliki hutang dan yang sakit hati (I Sam 22:2). Tuhan memberikan Daud latihan menghadapi persoalan 400 orang yang mengikutinya sambil menjalani latihan militer yang juga disusun oleh Tuhan. Sebelum dia mampu memimpin rakyat yang banyak, dia diajar dahulu bagaimana memimpin sekelompok kecil orang.


Demikian juga dengan kita. Yesus Kristus pernah berkata: "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar" (Luk 16:10). Allah tidak pernah memberikan kita tanggung jawab yang langsung besar tapi Dia melatih kita dari bawah. Masing-masing dari kita memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda namun yang Tuhan tuntut hanyalah kesetiaan.

Tidak ada komentar:

Supported By

Share Link

IFB KJV Directory